RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP-7)
Sekolah : SMPN 160 Jakarta
Mata
Pelajaran : Bahasa
Indonesia
Kelas/Semester : VIII/1
Materi
Pokok : Teks Puisi
Alokasi Waktu : 8
x 40 menit (4 pertemuan )
A. KOMPETENSI INTI
1. Menghargai dan
menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan
anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, dan kawasan regional.
3. Memahami dan
menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak
mata.
4. Menunjukkan
keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, dan komunikatif, dalam ranah konkret dan ranah abstrak
sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang teori.
B. KOMPETENSI
DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
Kompetensi Dasar
|
Indikator Pencapaian Kommpetensi
|
||
3.7
|
Mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
|
3.7.1
3.7.2
|
Menentukan unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
Menjelaskan unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
|
4.7
|
Menyimpulkan unsur-unsur pembangun dan makna teks puisi yang
diperdengarkan
|
4.7.1
4.7.2
4.7.3
|
Menjawab pertanyaan tentangunsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
Menyimpulkan unsur-unsur pembangun teks puisi yang diperdengarkan
Menyimpulkan makna teks puisi yang diperdengarkan
|
C. TUJUAN
PEMBELAJARAN
Pertemuan
Pertama
Setelah
mengikuti pembelajaran tentang teks puisi, siswa diharapkan dapat:
1. mengamati
model-model teks puisi secara benar.
2. mengidentifikasi
pengertian puisi secara benar.
Pertemuan Kedua
Setelah
mengikuti pembelajaran tentang teks puisi, siswa diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi
unsur-unsur pembentuk puisi secara benar.
2. mendiskusikan
unsur-unsur pembentuk puisi secara benar.
Pertemuan Ketiga
Setelah mengikuti pembelajaran teks puisi, siswa diharapkan
dapat menentukan simpulan unsur-unsur pembangun puisi secara benar.
Pertemuan Keempat
Setelah
mengikuti pembelajaran teks puisi, siswa diharapkan dapat menentukan
isi dan makna puisi secara benar
D. MATERI
PEMBELAJARAN
1. Pengertian puisi
2. Unsur-unsur
pembangun teks puisi
3. Makna puisi
E. METODE/MODEL
PEMBELAJARAN
- Saintifik
F. MEDIA/ALAT,
BAHAN DAN SUMBER BELAJAR
1. Media::
- LCD proyektor
- Contoh
model-model teks puisi
- Internet
- Video pembacaan
puisi
2. Bahan :
- Teks Puisi
3. Sumber belajar:
Sutejo, dkk. 2014. Buku
Siswa Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta : Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Kementerian, Balitbang, Kemdikbud, Hlm, 50-51.
Sawali, dkk. 2015. Buku Bahasa dan
Sastra Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII. Yogyakarta :Citra Aji Parama.
Sugeng, dkk. 1999. Bahasa Indonesia
dan Sastra. Jakarta : Bumi Aksara.
Syarif, Elina,dkk. 2016. Guru
Pembelajar modul Mata Pelajaran Bahasa indonesia Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta Direktorat Jenderal Guru Tenaga Kependidikan Kementerian dan kebudayaan
G. KEGIATAN
PEMBELAJARAN
Pertemuan
Pertama
Langkah/
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
- Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan berdoa. (PPK)
- Guru menanyakan ketidakhadiran siswa.
- Guru
menyampaikan KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.
- Guru dan
siswa menyepakati langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai kompetensi.
|
1 10’
|
Kegiatan Inti
|
- Guru
menayangkan puisi yang berjudul “
- Siswa mencermati
teks puisi melalui tayangan video.model pembacaan puisi (Literasi)
- Siswa
mencermati teks puisi melalui tayangan video/ model pembacaan
puisi
- Siswa
mengajukan pertanyaan tentang isi informasi teks puisi yang didengar dan
dibaca
- Siswa
mengidentifikasi pengertian puisi
|
60’
|
Penutup
|
- Guru memfasilitasi siswa menyampaikan simpulan pembelajaran (4C)
- Guru bersama siswa melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran khususnya
kekurangan
- Guru menyampaikan umpan balik dalam proses pembelajaran menelaah teks
puisi
- Guru menyampaikan tugas kepada siswa , yaitu memperbaiki isi informasi
mengenai pengertian puisi dan unsur-unsur pembangun puisi (HOTS)
- Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya berdasarkan
pengalaman yang paling mengesankan
|
10’
|
Pertemuan Kedua
Langkah/
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
- Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan berdoa.
- Guru menanyakan ketidakhadiran siswa.
- Guru
menyampaikan KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan.
- Guru dan
siswa menyepakati langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
mencapai kompetensi.
|
1 10’
|
Kegiatan Inti
|
- Masih dalam
kelompok yang sama siswa mendiskusikan unsur-unsur pembangun puisi
- Siswa
mempresentasikan hasil diskusinya kelompok lain menanggapinya.
|
60’
|
Penutup
|
- Guru memfasilitasi siswa menyampaikan simpulan pembelajaran
- Guru bersama siswa melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran khususnya
kekurangan
- Guru menyampaikan umpan balik dalam proses pembelajaran menelaah teks
puisi
- Guru menyampaikan tugas kepada siswa , yaitu memperbaiki isi informasi
mengenai pengertian puisi dan unsur-unsur pembangun puisi
- Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya berdasarkan
pengalaman yang paling mengesankan
|
10’
|
Pertemuan
Ketiga
Langkah/
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
- Siswa merespon salam, berdoa bersama mengecek
kebersihan sekitar tempat duduk, dan kerapian meja kursi.
- Guru menugasi siswa menyaksikan video pembacaan puisi / melihat
model-model teks puisi.
- Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah dipelajari sebelumnya
dengan melakukan tanya jawab
- Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai menentukan unsur-unsur
pembangunan puisi
- Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan
- Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu pengetahuan dan keterampilan
|
1 10’
|
Kegiatan Inti
|
- Dengan difasilitasi pendidik, siswa membuat kelompok sendiri atau 2-3
orang per kelompok
- Siswa menyimpulkan unsur-unsur pembangun puisi
- Siswa mempresentasi hasil diskusinya
|
60’
|
Penutup
|
- Guru memfasilitasi siswa menyampaikan simpulan pembelajaran
- Guru bersama siswa melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran khususnya
kekurangan
- Guru menyampaikan umpan balik dalam proses pembelajaran menelaah teks
puisi
- Guru menyampaikan tugas kepada siswa , yaitu memperbaiki isi informasi
mengenai pengertian puisi dan unsur-unsur pembangun puisi
- Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya berdasarkan
pengalaman yang paling mengesankan
- Guru dan siswa mengakhiri kegiatan belajar mengajar mengucap salam.
|
10’
|
Pertemuan
Keempat
Langkah/
Tahap
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Waktu
|
Pendahuluan
|
- Siswa merespon salam, berdoa bersama mengecek
kebersihan sekitar tempat duduk, dan kerapian meja kursi.
- Guru menugasi siswa menyaksikan video pembacaan puisi / melihat
model-model teks puisi.
- Guru mengecek penguasaan kompetensi yang sudah
dipelajari sebelumnya dengan melakukan tanya jawab
- Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai menentukan unsur-unsur
pembangunan puisi
- Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan
dilakukan
- Guru menyampaikan lingkup penilaian, yaitu pengetahuan dan keterampilan
|
1 10’
|
Kegiatan Inti
|
- Masih dalam kelompok yang sama siswa menyimpulkan isi dan
makna puisi
- Siswa mempresentasi hasil diskusinya dan kelompo klain
menanggapinya.
|
60’
|
Penutup
|
- Guru memfasilitasi siswa menyampaikan simpulan pembelajaran
- Guru bersama siswa melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran khususnya
kekurangan
- Guru menyampaikan umpan balik dalam proses pembelajaran menelaah teks
puisi
- Guru menyampaikan tugas kepada siswa , yaitu memperbaiki isi informasi
mengenai pengertian puisi dan unsur-unsur pembangun puisi
- Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya berdasarkan
pengalaman yang paling mengesankan
- Guru dan siswa mengakhiri kegiatan belajar mengajar mengucap salam.
|
10’
|
H. PENILAIAN,
PEMBELAJARAN REMEDIAL, DAN PENGAYAAN
1. Teknik
Penilaian
a. Sikap
(spiritual dan sosial)
Ob
b. Pengetahuan
1) Tes
tertulis (Uraian)
2) Penugasan (Lembar
Kerja)
c. Keterampilan :
Praktik (Penilaian Praktik)
2. Pembelajaran
Remedial
Kegiatan
pembelajaran remedial antara lain dalam bentuk:
• pembelajaran
ulang
• bimbingan
perorangan
• belajar
kelompok
• pemanfaatan
tutor sebaya
bagi siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis penilaian.
3. Pembelajaran
Pengayaan
Berdasarkan
hasil analisis penilaian, siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi
kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan/atau pendalaman
materi (kompetensi) antara lain dalam bentuk tugas mengerjakan
soal-soal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi, meringkas
buku-buku referensi dan mewawancarai narasumber.
4
. Instrumen Penilaian
Pertemuan
Pertama
Bacaan
teks puisi berikut dengan saksama kemudian kerjakan soal yang mengikutinya:
PUISI
Nyanyian Gerimi
Karya Soni Farid
Maulana
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Dialirkan sungai ke muara
Sesaat
kita larut dalam keheningan
Cinta
membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti
lengkung pelangi
Sehabis
hujan menyentuh telaga
Inikah
musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan
bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah
puisi adalah gelombang lautan
Yang
menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara
kita berdua
1988
Kisi-kisi tes
tertulis
No
|
Kompetensi dasar
|
Materi
|
Indikator soal
|
Bentuk soal
|
Jumlah
|
1
|
Mengidentifikasi unsur-unsur
pembangun teks puisi yang diperdengarkan
|
- Penngertian
puisi
|
- Setelah
ditampilkan pembacaan puisi, siswa mampu mengidentifikasi pengertian puisi
|
uraian
|
1
|
2
|
Mengidentifikasi unsur-unsur
pembangun teks puisi yang diperdengarkan
|
- Unsur-unsur
pembangun puisi
|
- Setelah
ditampilkan pembacaan puisi siswa dapat menentukan unsure-unsur pembangun
puisi
|
uraian
|
1
|
Soal
1. Tulislah
pengertian puisi!
2. Tentukan
unsur-unsur pembangun puisi di atas!
Rubrik penilaian
No
|
Aspek
|
Skor
|
1
|
- Penngertian
puisi
|
1
|
2
|
- Unsur-unsur
pembangun puisi
|
1-20
|
Kunci Jawaban
NO
|
soal
|
Jawaban
|
1
|
Apakah pengertian puisi
|
Puisi adalah suatu bentuk dalam karya sastra yang berasal dari hasil
hasil suatu perasaan yang diungkapkan oleh penyair dengan bahasa yang
menggunakan irama, rima, matra, bait, dan penyusunan lirik yang berisi makna
|
2
|
Jelaskan unsur-unsur Pembangun puisi
|
Analisis
struktural meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik
terdiri dari perwajahan puisi, diksi, imaji, kata konkret, majas, rima,
irama, dan suasana. Sedangkan struktur batin terdiri dari tema, rasa, nada,
dan amanat.
1. Struktur Lahir
a) Tipografi
Tipografi, yang
dipakai pada puisi “nyanyian gerimis” sangat terlihat menonjol, tepi
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga puisi yang hanya memakai satu
tanda tanya. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap
puisi meskipun juga bisa hanya sekadar unsur keindahan
indrawi. Menggunakan baris – baris yang tak sejajar satu sama lain dan
menggunakan sedikit tanda baca, mungkin mempunyai makna yang
mendalam.
Tipografi
pada puisi ini menggunakan huruf besar diawal baris dan tanda titik pada
baris kedua . Terbukti pada kutipan puisi dibawah ini
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tanda titik
pada baris kedua puisi “nyanyian gerimis” yang
dilanjutkan kata kuntum yang diawali dengan huruf besar seolah menonjolkan
kata kuntum yang bermakna seorang yang kesepian yang semakin merindu.
Kemudian
setelah bait pertama bentuk baris yang tidak rata seperti melengkung, dapat
dilihat sebagai berikut:
Sesaat kita larut dalam keheningan
Cinta
membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti
lengkung pelangi
Sehabis
hujan menyentuh telaga
Dari bait
yang tidak rata tersebut melambangkan kata yang terdapat dalam baris itu
sendiri, penyair yang menggambarkan sorot mata yang begitu indah seperti
lengkungan pelangi, membuat puisi lebih hidup jika baris- baris dibuat
melengkung tak beraturan.
Pada bait
selanjutnya baris – baris masih tak beraturan, dapat dilihat sebagai berikut:
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan
bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah
puisi adalah gelombang lautan
Yang
menghapus jejak hujan
Ketidakberaturannya
baris tersebut, selain sebagai keindahan indrawi namun melambangkan maksud
yang disesuaikan dengan kata-kata dan isi puisi pada baris tersebut yaitu
kata tarian burung, gelombang lautan sehingga tipografinya juga bergelombang
dan tidak beraturan.
Selanjutnya
pada empat baris terakhir, yang berbunyi sebagai berikut:
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara
kita berdua
Pada
empat baris terakhir terdapat tanda titik setelah kata hatiku dan baris itu
menjorok dari depan lagi, yang mempengaruhi cara membaca dan maksud penyair
yang ingin menekan dan memulai lagi dari kata itu. Kemudian sampai baris
terakhir sengaja dibuat baris yang tidak lurus tetapi tersusun, melambangkan
penyelesaian yang selaras antara kita berdua.
b)
Diksi
Diksi, yaitu
pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak
hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata
dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Diksi dalam
puisi ini menggunakan kata-kata yang tidak mudah dimengerti dalam sekali
baca, butuh kepekaan yang tinggi dalam menganalisis makna puisi ini. Seperti
penyair memilih kata berpantulanuntuk menggambarkan pancaran yang
berbinar binar. Penyair juga memilih kata tarian burung-burung,
yang menggambarkan keindahan yang tak terhingga. Kemudian penyair menggunakan
pilihan diksi pantai yang indah digabungkan dengan
hatiku menghasilkan makna yang indah pula.
c)
Imaji (Citraan)
Dalam puisi
ini pengarang menggunakan imaji pendengaran dan perasaan juga
penglihatan. Yang dapat dibuktikan sebagai berikut:
Pada bait
pertama baris pertama, yang secara tidak langsung memunculkan imaji
penglihatan.
Telah kutulis
jejak hujan
Pada rambut
dan kulitmu yang basah.
Pada baris
kelima bait pertama yang memunculkan imaji perasaan yaitu:
Yang saling
memahami gairah terpendam
Begitu juga
pada Cinta membuat kita betah hidup di bumi dan baris
terakhir Menghapus jarak dan bahasa Antara kita
berdua yang juga merupakan imaji perasaan.
Kemudian
pada baris Sesaat kita larut dalam keheningan dan Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu yang memunculkan citraan pendengaran.
d)
Kata konkret
Kata
kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya
imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Pada puisi
“nyanyian gerimis” terdapat beberapa kata konkret sebagai berikut:
Kuntum Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu yang melambangkan kerinduan
yang amat sangat.
Yang saling
memahami gairah terpendam yang melambangkan seakan saling merasa kerinduan meski tak bertemu
tapi seolah bertemu dalam angan
Sesaat kita
larut dalam keheningan yang menggambarkan seorang yang membayangkan kekasihnya di suasana
sepi dan sunyi.
Ekor cahaya
berpantulan dalam matamu melambangkan mata sang kekasih yang berbinar-binar penuh bahagia.
Kerinduan
bagai awah gunung berapi melambangkan kerinduan yang amat sangat dan
meluap-luap.
e) Sarana Retorik / Majas
Dalam
puisi “Nyanyian Gerimis” penyair menggunakan gaya
bahasa personifikasi, metaforan dan hiperbola dan simile, yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Personifikasi :Telah
kutulis jejak hujan
kuntum
kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik
hangat percakapan
menghapus
jejak hujan
Metafora :Ekor
cahaya berpantulan
Simile :Seperti
lengkung pelangi
Kerinduan bagai awah gunung berapi
f)
Rima dan irama
Rima adalah
persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam
mengapresiasikan puisinya.
Rima dalam
puisi “Nyanyian Gerimis” tidak terlalu diatur karena lebih
mementingkan isi, rima pada bait pertama yaitu : a-u-u-a-a-a
Telah kutulis jejak hujan (a)
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum (u)
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu (u)
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma (a)
Yang saling memahami gairah terpendam (a)
Dialirkan sungai ke muara (a)
Kemudian pada bait kedua rima juga tidak beraturan, yaitu: a-i-u-i-a
Sesaat kita larut dalam keheningan (a)
Cinta
membuat kita betah hidup di bumi (i)
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu (u)
Seperti
lengkung pelangi (i)
Sehabis
hujan menyentuh telaga (a)
Pada bait terakhir rima juga tak beraturan dan baitpun tidak jelas jumlah
barisnya, rima pada bait terakhir yaitu: a- u-i-u-a-a-a-u-a-a
Inikah musim semi yang sarat nyanyian (a)
Juga tarian burung-burung itu?(u)
Kerinduan
bagai awah gunung berapi(i)
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu (u)
Adalah
puisi adalah gelombang lautan (a)
Yang
menghapus jejak hujan (a)
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan(a)
Pada
kulit dan rambutmu (u)
Menghapus
jarak dan bahasa (a)
Antara
kita berdua (a)
Irama
pada Puisi “Nyanyian Gerimis” memiliki irama
perlahandan syahdu penuh penghayatan.
g).
Enjambemen
Dalam
puisi “Nyanyian Gerimis” terdapat beberapa enjambemen
diantaranya dapat diamati sebagai berikut:
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Jika kita
perhatikan artinya kata Kuntum merupakan bagian dari
baris selanjutnya, jika dilihat dari tanda bacanya juga kata Kuntummerupakan
bagian dari baris selanjutnya. Sehingga kalau kita susun menurut aturan
yang umum ,baris tersebut mestinya sebagai berikut.
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tetapi
penulisan tersebut bukan tanpa kesengajaan ada maksud tertentu penyair
menulis dengan bentuk demikian. Yang dilakukan penulis tersebut bukan sekedar
iseng ataupun hanya memperindah wajah puisi belaka. Namun ada maksud
tersendiri dari penyair. Kata kuntum yang pertama sengaja dipisahkan
dengan kata setelahnya untuk menekan kata tersebut yang sekaligus menekan
arti kata kuntum seperti seorang wanita, yang tidak bisa di dapat jika kuntum
yang pertama digabungkan.
Enjambemen
juga terdapat pada baris empat dan lima yang dapat diamati
sebagai berikut:
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Jika kita perhatikan baris
ke empat dan lima tersebut maka sebenarnya susunan yang benar sesuai
kaidah adalah sebagai berikut:
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma yang saling memahami
gairah terpendam
Penyairpun
ada maksud tertentu membuat sususnan baris menjadi seperti itu. Perasaan yang
timbul jika penulisan baris keempat dan lima digabungkan selain terlalu
panjang juga menimbulkan arti yang datar.
Kemudian
pada bait kedua baris terakhir juga terdapat ada
enjambemen yang dapat di bandingkan sebagai berikut:
Seperti lengkung pelangi
Sehabis
hujan menyentuh telaga
Penulisan
sebenarnya adalah sebagai berikut:
Seperti lengkung pelangi sehabis hujan menyentuh telaga
Namun jika penyair menuliskan puisi seperti bentuk kedua tentu tidak akan
terjadi penekanan makna. Puisi akan terasa datar dan pembaca kurang bisa
mengambil makna yang ditonjolkan.
Kemudian enjambemen juga terdapat pada bagian akhir yaitu:
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara
kita berdua
Jika ditulis sesuai aturan yang sebenarnya adalah sebagai
berikut:
Menghapus jarak dan bahasa Antara kita
berdua
Namun penulisan tersebut akan mengurangi makna
antara kita berdua, sehingga penyair sengaja memisahkan baris tersebut supaya
makananya lebih menonjol.
2. Struktur batin
a) Tema
Dalam puisi
ini penyair mengangkat tema tentang kerinduan kepada kekasih. Terbukti pada baris-barispuisi berikut
ini:
Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Kemudian dikuatkan lagu lewat
baris puisi berikut:
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan.
Karena
kerinduan yang amat sangat kepada sang kekasih sehingga penyair membayangkan
kekasihnya di kala hujan gerimis.
b) Nada
dan Suasana
Ketika kita
baca judul puisi “nyanyian gerimis” kemudian pada kata Kuntum Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu, terasa sekali suasana
puisi tersebut yaitu keadaan kesepian dikala hujan menunggu membayangkan
wajah kekasih, di tambah dengan kata kata Kerinduan bagai awah
gunung berapi Sarat letupan mempertegas betapa suasana merindu
sang penyair yang terpisah oleh jarak.
Nada
puisi “Nyanyian gerimis” juga sudah dapat dilihat dari suasana puisi
sehingga kata pertama puisi
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
semakin
terlihat nada puisi tersebut dinyatakan oleh penyairnya dengan eksplisit.
Karena pembaca dapat membayangkan langsung nada dan suasana puisi tersebut
yaitu orang yang kesepian tanpa kekasih hati. Sehingga nadanya juga
mengikuti tema dan suasana yaitu pelan dan tidak berapi api namun santai dan
menenangkan.
c) Amanat
Penyair mengungkapkan
rasa kesepiannya dan kerinduannya dengan menghayalkan datangnya kekasih yang
menghibur hati. Sehingga penyair semakin yakin akan cintanya yang terpisah
oleh jarak dan waktu. Yang memberikan amanat kita harus saling percaya dan
terus setia pada kekasih hati meskipun jauh dimata namun selalu dekat dihati
kita. Asalkan kita menjaganya.
3. Kaitan Unsur Satu dengan Unsur
yang lain
Dengan tema
puisi “Nyanyian Gerimis” yaitu kerinduan kepada kekasih. Yang
memiliki arti seorang yang begitu merindukan kekasih hatinya datang
sehingga ia membayangkan akan hadirnya, membayangkan parasnya dan saling
bertatap muka, meskipun sebenarnya hanya dalam kesunyian saat gerimis tiba.
Puisi ini
memiliki suasana yang tenang dan penuh penantian, itu menyebabkan
nada yang juga perlahan dan dinikmati kian dalam. Suasana hati
penuh khayalan karena kerinduan yang kian memuncak.
Tipografi
pada puisi ini menggunakan baris yang tidak beraturan dan sedikit menggunakan
tanda baca. Terbukti pada kutipan puisi dibawah ini
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
.......................
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan
bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah
puisi adalah gelombang lautan
Yang
menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara
kita berdu
Dilihat dari
tipografi diatas dapat diamati bahwa baris demi baris disusun tidak sejajar
dan terlihat acak yang juga berkaitan dengan enjambemen. Hal ini bukan
sekadar untuk keindahan indrawi namun juga untuk membantu lebih
mengintensifkan makna dan rasa. Atau suasana puisi yang bersangkutan.
Kemudian
diksi yang digunakan juga mempengaruhi suasana puisi tersebut, karena diksi
yang dipakai cenderung romantis maka suasana yang dihasilkan juga romantis
dan kesetiaan. Kemudian dari pilihan diksi yang dipilih penyair juga
menimbulkan citraan tertentu atau pengimajian. Demikian beberapa unsur puisi
yang salaing berkaitan satu sama lain.
Selanjutnya
tema juga berelasi dengan amanat, dengan temakerinduan kepada kekasih maka
amanatnyapun mengenai sikap bagaimana menghadapi kerinduan pada kekasih.
|
Pertemuan kedua
Soal
Bacaan teks puisi berikut dengan
saksama kemudian kerjakan soal yang mengikutinya:
PUISI
Nyanyian Gerimis
Karya Soni Farid
Maulana
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Dialirkan sungai ke muara
Sesaat
kita larut dalam keheningan
Cinta
membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti
lengkung pelangi
Sehabis
hujan menyentuh telaga
Inikah
musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan
bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah
puisi adalah gelombang lautan
Yang
menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara
kita berdua
1988
Kisi-kisi
No
|
Kompetensi dasar
|
Materi
|
Indikator soal
|
Bentuk soal
|
Jumlah
|
1
|
Menyimpulkan unsur-unsur
pembangun
|
Menyimpulkan unsur-unsur
pembangun puisi
|
Setelah pendengarkan pembacaan
puisi, siswa mampu menyimpulkan unsur-unsur pembangun puisi
|
uraian
|
1
|
2
|
makna teks puisi yang
diperdengarkan
|
Makna puisi
|
Setelah pendengarkan pembacaan
puisi, siswa mampu menentukan makna puisi
|
uraian
|
1
|
S
1. Jelaskan
kesimpulan unsur-unsur intrinsik puisi di atas!
2. Jelaskan makna
yang terkandung dari puisi di atas
Rublik penilaian
No
|
Aspek yang dinilai
|
skor
|
1
|
Menyimpulkan unsur-unsur pembangun puisi
|
0-20
|
2
|
Makna puisi
|
0-20
|
Kunci Penilaian
No
|
Soal
|
Jawaban
|
1
|
Jelaskan kesimpulan puisi di atas!
|
Kesimpulan intrinsik puisi
1. Struktur Lahir
a) Tipografi
Tipografi, yang
dipakai pada puisi “nyanyian gerimis” sangat terlihat
menonjol, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga puisi
yang hanya memakai satu tanda tanya. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi meskipun juga bisa hanya sekadar unsur
keindahan indrawi. Menggunakan baris – baris yang tak sejajar satu sama
lain dan menggunakan sedikit tanda baca, mungkin mempunyai makna
yang mendalam.
Tipografi
pada puisi ini menggunakan huruf besar diawal baris dan tanda titik pada
baris kedua . Terbukti pada kutipan puisi dibawah ini
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tanda titik
pada baris kedua puisi “nyanyian gerimis” yang
dilanjutkan kata kuntum yang diawali dengan huruf besar seolah menonjolkan
kata kuntum yang bermakna seorang yang kesepian yang semakin merindu.
Kemudian
setelah bait pertama bentuk baris yang tidak rata seperti melengkung, dapat
dilihat sebagai berikut:
Sesaat kita larut dalam keheningan
Cinta
membuat kita betah hidup di bumi
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu
Seperti
lengkung pelangi
Sehabis
hujan menyentuh telaga
Dari bait
yang tidak rata tersebut melambangkan kata yang terdapat dalam baris itu
sendiri, penyair yang menggambarkan sorot mata yang begitu indah seperti
lengkungan pelangi, membuat puisi lebih hidup jika baris- baris dibuat
melengkung tak beraturan.
Pada bait
selanjutnya baris – baris masih tak beraturan, dapat dilihat sebagai berikut:
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan
bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah
puisi adalah gelombang lautan
Yang
menghapus jejak hujan
Ketidakberaturannya
baris tersebut, selain sebagai keindahan indrawi namun melambangkan maksud
yang disesuaikan dengan kata-kata dan isi puisi pada baris tersebut yaitu
kata tarian burung, gelombang lautan sehingga tipografinya juga bergelombang
dan tidak beraturan.
Selanjutnya
pada empat baris terakhir, yang berbunyi sebagai berikut:
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara
kita berdua
Pada
empat baris terakhir terdapat tanda titik setelah kata hatiku dan baris itu
menjorok dari depan lagi, yang mempengaruhi cara membaca dan maksud penyair
yang ingin menekan dan memulai lagi dari kata itu. Kemudian sampai baris
terakhir sengaja dibuat baris yang tidak lurus tetapi tersusun, melambangkan
penyelesaian yang selaras antara kita berdua.
b)
Diksi
Diksi, yaitu
pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak
hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata
dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Diksi dalam
puisi ini menggunakan kata-kata yang tidak mudah dimengerti dalam sekali baca,
butuh kepekaan yang tinggi dalam menganalisis makna puisi ini. Seperti
penyair memilih kata berpantulanuntuk menggambarkan pancaran yang
berbinar binar. Penyair juga memilih kata tarian burung-burung,
yang menggambarkan keindahan yang tak terhingga. Kemudian penyair menggunakan
pilihan diksi pantai yang indah digabungkan dengan
hatiku menghasilkan makna yang indah pula.
c)
Imaji (Citraan)
Dalam puisi
ini pengarang menggunakan imaji pendengaran dan perasaan juga
penglihatan. Yang dapat dibuktikan sebagai berikut:
Pada bait
pertama baris pertama, yang secara tidak langsung memunculkan imaji
penglihatan.
Telah kutulis
jejak hujan
Pada rambut
dan kulitmu yang basah.
Pada baris
kelima bait pertama yang memunculkan imaji perasaan yaitu:
Yang saling
memahami gairah terpendam
Begitu juga
pada Cinta membuat kita betah hidup di bumi dan baris
terakhir Menghapus jarak dan bahasa Antara kita
berdua yang juga merupakan imaji perasaan.
Kemudian
pada baris Sesaat kita larut dalam keheningan dan Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu yang memunculkan citraan pendengaran.
d)
Kata konkret
Kata
kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Pada puisi
“nyanyian gerimis” terdapat beberapa kata konkret sebagai berikut:
Kuntum Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu yang melambangkan kerinduan
yang amat sangat.
Yang saling
memahami gairah terpendam yang melambangkan seakan saling merasa kerinduan meski tak bertemu
tapi seolah bertemu dalam angan
Sesaat kita
larut dalam keheningan yang menggambarkan seorang yang membayangkan kekasihnya di suasana
sepi dan sunyi.
Ekor cahaya
berpantulan dalam matamu melambangkan mata sang kekasih yang berbinar-binar penuh bahagia.
Kerinduan
bagai awah gunung berapi melambangkan kerinduan yang amat sangat dan
meluap-luap.
e) Sarana Retorik / Majas
Dalam
puisi “Nyanyian Gerimis” penyair menggunakan gaya
bahasa personifikasi, metaforan dan hiperbola dan simile, yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Personifikasi :Telah
kutulis jejak hujan
kuntum
kesepian yang mekar seluas kalbu
Dipetik
hangat percakapan
menghapus
jejak hujan
Metafora :Ekor
cahaya berpantulan
Simile :Seperti
lengkung pelangi
Kerinduan bagai awah gunung berapi
f)
Rima dan irama
Rima adalah persamaan
bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Sedangkan
irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan
puisinya.
Rima dalam
puisi “Nyanyian Gerimis” tidak terlalu diatur karena lebih
mementingkan isi, rima pada bait pertama yaitu : a-u-u-a-a-a
Telah kutulis jejak hujan (a)
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum (u)
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu (u)
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma (a)
Yang saling memahami gairah terpendam (a)
Dialirkan sungai ke muara (a)
Kemudian pada bait kedua rima juga tidak beraturan, yaitu: a-i-u-i-a
Sesaat kita larut dalam keheningan (a)
Cinta
membuat kita betah hidup di bumi (i)
Ekor cahaya berpantulan dalam matamu (u)
Seperti
lengkung pelangi (i)
Sehabis
hujan menyentuh telaga (a)
Pada bait terakhir rima juga tak beraturan dan baitpun tidak jelas jumlah
barisnya, rima pada bait terakhir yaitu: a- u-i-u-a-a-a-u-a-a
Inikah musim semi yang sarat nyanyian (a)
Juga tarian burung-burung itu?(u)
Kerinduan
bagai awah gunung berapi(i)
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu (u)
Adalah
puisi adalah gelombang lautan (a)
Yang
menghapus jejak hujan (a)
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan(a)
Pada
kulit dan rambutmu (u)
Menghapus
jarak dan bahasa (a)
Antara
kita berdua (a)
Irama
pada Puisi “Nyanyian Gerimis” memiliki irama
perlahandan syahdu penuh penghayatan.
g).
Enjambemen
Dalam
puisi “Nyanyian Gerimis” terdapat beberapa enjambemen
diantaranya dapat diamati sebagai berikut:
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Jika kita
perhatikan artinya kata Kuntum merupakan bagian dari
baris selanjutnya, jika dilihat dari tanda bacanya juga kata Kuntummerupakan
bagian dari baris selanjutnya. Sehingga kalau kita susun menurut aturan
yang umum ,baris tersebut mestinya sebagai berikut.
Pada rambut dan kulitmu yang basah.
Kuntum demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Tetapi
penulisan tersebut bukan tanpa kesengajaan ada maksud tertentu penyair
menulis dengan bentuk demikian. Yang dilakukan penulis tersebut bukan sekedar
iseng ataupun hanya memperindah wajah puisi belaka. Namun ada maksud
tersendiri dari penyair. Kata kuntum yang pertama sengaja dipisahkan
dengan kata setelahnya untuk menekan kata tersebut yang sekaligus menekan
arti kata kuntum seperti seorang wanita, yang tidak bisa di dapat jika kuntum
yang pertama digabungkan.
Enjambemen
juga terdapat pada baris empat dan lima yang dapat diamati
sebagai berikut:
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma
Yang saling memahami gairah terpendam
Jika kita perhatikan baris
ke empat dan lima tersebut maka sebenarnya susunan yang benar sesuai
kaidah adalah sebagai berikut:
Dipetik hangat percakapan juga gerak sukma yang saling memahami
gairah terpendam
Penyairpun
ada maksud tertentu membuat sususnan baris menjadi seperti itu. Perasaan yang
timbul jika penulisan baris keempat dan lima digabungkan selain terlalu
panjang juga menimbulkan arti yang datar.
Kemudian
pada bait kedua baris terakhir juga terdapat ada
enjambemen yang dapat di bandingkan sebagai berikut:
Seperti lengkung pelangi
Sehabis
hujan menyentuh telaga
Penulisan
sebenarnya adalah sebagai berikut:
Seperti lengkung pelangi sehabis hujan menyentuh telaga
Namun jika penyair menuliskan puisi seperti bentuk kedua tentu tidak akan
terjadi penekanan makna. Puisi akan terasa datar dan pembaca kurang bisa
mengambil makna yang ditonjolkan.
Kemudian enjambemen juga terdapat pada bagian akhir yaitu:
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara
kita berdua
Jika ditulis sesuai aturan yang sebenarnya adalah sebagai
berikut:
Menghapus jarak dan bahasa Antara kita
berdua
Namun penulisan tersebut akan mengurangi makna
antara kita berdua, sehingga penyair sengaja memisahkan baris tersebut supaya
makananya lebih menonjol.
2. Struktur batin
a) Tema
Dalam puisi
ini penyair mengangkat tema tentang kerinduan kepada kekasih. Terbukti
pada baris-barispuisi berikut ini:
Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
Kemudian dikuatkan lagu lewat
baris puisi berikut:
Kerinduan bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan.
Karena
kerinduan yang amat sangat kepada sang kekasih sehingga penyair membayangkan
kekasihnya di kala hujan gerimis.
b) Nada
dan Suasana
Ketika kita
baca judul puisi “nyanyian gerimis” kemudian pada kata Kuntum Demi
kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu, terasa sekali suasana
puisi tersebut yaitu keadaan kesepian dikala hujan menunggu membayangkan
wajah kekasih, di tambah dengan kata kata Kerinduan bagai awah
gunung berapi Sarat letupan mempertegas betapa suasana merindu
sang penyair yang terpisah oleh jarak.
Nada
puisi “Nyanyian gerimis” juga sudah dapat dilihat dari suasana puisi
sehingga kata pertama puisi
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
Demi kuntum kesepian yang mekar seluas kalbu
semakin
terlihat nada puisi tersebut dinyatakan oleh penyairnya dengan eksplisit.
Karena pembaca dapat membayangkan langsung nada dan suasana puisi tersebut
yaitu orang yang kesepian tanpa kekasih hati. Sehingga nadanya juga
mengikuti tema dan suasana yaitu pelan dan tidak berapi api namun santai dan
menenangkan.
c) Amanat
Penyair mengungkapkan
rasa kesepiannya dan kerinduannya dengan menghayalkan datangnya kekasih yang
menghibur hati. Sehingga penyair semakin yakin akan cintanya yang terpisah
oleh jarak dan waktu. Yang memberikan amanat kita harus saling percaya dan
terus setia pada kekasih hati meskipun jauh dimata namun selalu dekat dihati
kita. Asalkan kita menjaganya.
3. Kaitan Unsur Satu dengan Unsur
yang lain
Dengan tema
puisi “Nyanyian Gerimis” yaitu kerinduan kepada kekasih. Yang
memiliki arti seorang yang begitu merindukan kekasih hatinya datang
sehingga ia membayangkan akan hadirnya, membayangkan parasnya dan saling
bertatap muka, meskipun sebenarnya hanya dalam kesunyian saat gerimis tiba.
Puisi ini
memiliki suasana yang tenang dan penuh penantian, itu menyebabkan
nada yang juga perlahan dan dinikmati kian dalam. Suasana hati
penuh khayalan karena kerinduan yang kian memuncak.
Tipografi
pada puisi ini menggunakan baris yang tidak beraturan dan sedikit menggunakan
tanda baca. Terbukti pada kutipan puisi dibawah ini
Telah kutulis jejak hujan
Pada rambut dan kulitmu yang basah. Kuntum
.......................
Inikah musim semi yang sarat nyanyian
Juga tarian burung-burung itu?
Kerinduan
bagai awah gunung berapi
Sarat
letupan. Lalu desah nafasmu
Adalah
puisi adalah gelombang lautan
Yang
menghapus jejak hujan
Di pantai hatiku. Begitulah jejak hujan
Pada
kulit dan rambutmu
Menghapus
jarak dan bahasa
Antara
kita berdu
Dilihat dari
tipografi diatas dapat diamati bahwa baris demi baris disusun tidak sejajar
dan terlihat acak yang juga berkaitan dengan enjambemen. Hal ini bukan
sekadar untuk keindahan indrawi namun juga untuk membantu lebih
mengintensifkan makna dan rasa. Atau suasana puisi yang bersangkutan.
Kemudian
diksi yang digunakan juga mempengaruhi suasana puisi tersebut, karena diksi
yang dipakai cenderung romantis maka suasana yang dihasilkan juga romantis
dan kesetiaan. Kemudian dari pilihan diksi yang dipilih penyair juga menimbulkan
citraan tertentu atau pengimajian. Demikian beberapa unsur puisi yang salaing
berkaitan satu sama lain.
Selanjutnya
tema juga berelasi dengan amanat, dengan temakerinduan kepada kekasih maka
amanatnyapun mengenai sikap bagaimana menghadapi kerinduan pada kekasih.
|
2
|
Makna puisi
|
Usaha aku
yang mengagumi gadis yang dilambangkan sekuntum bunga. Aku merasa jatuh cinta
dan membayangkan setiap keindahan yang terjadi. Rasa rindu yang mendalam
membuat aku tidak ingin meninggalkan gadis yang dicintainya
|
Mengetahui
Kepala
Sekolah, Guru
Mata Pelajaran,
Herda Linda
Sirait, M.Pd. Sri
Budi Sukiyanto, S.Pd.
NIP 196206301987032006 NIP
196601101966031001
No comments:
Post a Comment