Tuesday 28 December 2021
Thursday 11 November 2021
Wednesday 10 November 2021
Hukum Memasang Kaligrafi Nabi Muhammad SAW, Boleh atau Tidak?
Hukum memasang kaligrafi Nabi Muhammad SAW kerap membingungungkan para muslim. Ada yang mengatakan bisa dilakukan asal disandingkan dengan lafadz Allah SWT, namun sebagian menyatakan sebaliknya.
Padahal, memasang kaligrafi Rasulullah SAW adalah kebaisaan umum muslim Indonesia. Kebiasaan serupa kadang diterapkan juga pada nabi lain dalam ajaran Islam.Menanggapi kebingungan ini, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama menjelaskan hukum memasang kaligrafi Nabi Muhammad SAW yang biasa dilakukan muslim.
Bagaimana hukum memasang kaligrafi Nabi Muhammad SAW?
"Memajang kaligrafi nama Nabi Muhammad Saw di dalam rumah, baik disandingkan dengan kaligrafi lafadz Allah maupun tidak, hukumnya adalah boleh," tulis Bimas Islam Kemenag melalui Instagramnya @bimasislam.
Menurut Bimas Islam, umat Islam bisa memasang kaligrafi Nabi Muhammad SAW di dalam rumah atau tempat lain. Misal di dalam mobil, meja kerja di kantor, atau tempat lain.
Memasang kaligrafi Nabi Muhammad SAW adalah bagian dari upaya tabarruk, atau mengambil berkah dari nama Rasulullah SAW. Menurut para ulama, hukum mengambil berkah melalui kaligrafi atau dijadikan nama seseorang adalah boleh.
Upaya tabarruk dapat mendatangkan kebaikan bagi penghuni rumah atau penyandang nama Rasulullah SAW. Hukum dan hikmah tabarruk dijelaskan dalam Darul Ifta' Al-Mishriyah.
"Tidak ada larangan bertabarruk atau mengambil berkah dengan nama Nabi SAW. Al-Imam Malik berkata: Tidak ada satupun dari penghuni rumah yang di dalamnya ada nama Muhammad kecuali mereka diberi rizeki dengan rizeki kebaikan," tulis kitab tersebut.
Hal yang sama dijelaskan juga dalam kitab Mughnil Muhtaj, sesuai pernyataan Imam Malik. Menurut Imam Malik, hikmah tabarruk melalui pemberian nama didengar dari penduduk Madinah.
"Aku mendengar penduduk madinah mengatakan bahwa jika dalam satu rumah ada orang yang bernama Muhammad, maka mereka semua akan diberi rizki yang baik." tulis kitab tersebut.
Kitab lain yang ikut menerangkan hikmah tabarruk melalui pemberian nama adalah Al-Manar Al-Munif. Tulisan dalam kitab tersebut sesuai penjelasa Ibnu Al-Qayyim.
"Barangsiapa yang mempunyai anak kemudian diberi nama Muhammad dalam rangka mencari keberkahan, maka dia dan anaknya akan berada di surga," tulis kitab tersebut.
Dengan penjelasan ini, umat Islam ter perlu bingung lagi soal hukum memasang kaligrafi Nabi Muhammad SAW. Tiap muslim bisa melakukannya dengan maksud tabarruk berharap berkah dari nama beliau.
Sumber: "Hukum Memasang Kaligrafi Nabi Muhammad SAW, Boleh atau Tidak?" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5801895/hukum-memasang-kaligrafi-nabi-muhammad-saw-boleh-atau-tidak.
Asal Mula Bahasa Indonesia
Pasal 36 UUD 1945 menyebutkan bahwa bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Bahasa persatuan ini lahir pada tanggal 28 Oktober 1928 yang pada saat itu diikrarkan dalam Sumpah Pemuda. Sumpah setia dari para pemuda di berbagai wilayah Nusantara ini menghasilkan tiga kesepakatan.
Pertama, bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kedua, berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ketiga menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa nasional dalam forum Kongres Pemuda kedua.
Dilansir dari laman Direktorat SMP Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), putusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia lahir dan berkembang dari bahasa Melayu yang digunakan sebagai bahasa perhubungan atau lingua franca di hampir seluruh wilayah Asia Tenggara sejak zaman dahulu.
Sejarah mencatat bahasa Melayu mulai digunakan di kawasan Asia Tenggara sejak abad-7. Pendapat ini dibuktikan dengan enam prasasti yang ditemukan di wilayah Nusantara. Empat diantaranya ditulis dengan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuno yang ditemukan pada zaman Sriwijaya dan dua diantaranya ditemukan di wilayah Jawa menggunakan bahasa Melayu Kuno.
Berikut enam prasasti yang mengungkap asal muasal bahasa Indonesia dari bahasa Melayu:
1. Prasasti yang ditemukan di Kedukan Bukit Palembang yang berangka tahun 683 M
2. Prasasti Talang Tuwo di Palembang yang berangka 684 M
3. Prasasti Kota Kapur di Bangka Barat yang berangka tahun 686 M
4. Prasasti Karang Brahi di wilayah Jambi yang berangka tahun 688 M
5. Prasasti yang ditemukan di Jawa Tengah (Gandasuli) dengan berangka tahun 832 M
6. Prasasti yang ditemukan di Bogor yang berangka tahun 942 M
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa kebudayaan yakni bahasa suku pelajaran agama Buddha. Selain itu, bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku dan bahasa perdagangan, termasuk dengan para pendatang dari luar Nusantara.
Perkembangan bahasa Melayu di Nusantara diperkuat dengan informasi dari seorang ahli sejarah China, I-Tsing. Dia menemukan bahwa bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa perhubungan di Kepulauan Nusantara. I-Tsing menyebutnya sebagai Koen-luen.
"Di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K'ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw'enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun'lun (Parnikel, 1977:91), K'un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu," tulis Direktorat SMP seperti dikutip, Senin (8/11/2021).
Selain prasasti dan sumber berita dari China, perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu diperjelas dengan peninggalan kerajaan Islam. Di antaranya adalah batu nisan di Minye Tujoh, Aceh yang berangka tahun 1380 M dan hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Diketahui, persebaran bahasa Melayu di berbagai pelosok Nusantara bersamaan dengan penyebaran agama Islam di wilayah ini. Perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh corak budaya daerah.
Bahasa Melayu dinilai mudah diterima oleh masyarakat karena tidak mengenal tingkat tutur. Bahasa ini menyerap kosakata dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Dalam perkembangannya, bahasa Melayu melahirkan ragam dialek.
Itulah sejarah bahasa Melayu sebagai induk dari bahasa Indonesia. Hingga kini, bahasa Indonesia digunakan oleh masyarakat Indonesia dari berbagai lapisan.
Faktor Penyebab Sulitnya Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar
1. Masyarakat Kurang Paham antara Bahasa Baku dan Tidak Baku
Masyarakat Indonesia masih suka mencampuradukkan antara bahasa baku dan tidak baku. Masyarakat Indonesia sendiri lebih sering menggunakan bahasa tidak baku, sehingga timbul anggapan bahwa berbahasa hanya berkaitan dengan penyampaian maksud, tanpa memperhatikan kaidah kebahasaan.Kesalahan yang sering muncul terjadi adalah kurangnya masyarakat Indonesia yang menggunakan ragam baku.
2. Meremehkan Definisi
Maksud dari meremehkan definisi adalah masyarakat Indonesia merasa paham dengan arti sebuah kata. Namun pemahaman yang mereka ketahui berbeda dengan makna sesungguhnya.
Contohnya yaitu kata dirgahayu, kata dirgahayu sering diartikan sebagai selamat ulang tahun. Padahal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dirgahayu artinya berumur panjang.
Semestinya dirgahayu tidak disambungkan dengan angka atau umur lembaga atau orang yang berulang tahun.
Masyarakat Indonesia masih memahami penggunaan struktur kalimat pada kalimat sederhana. Namun permasalahannya adalah ketika melihat struktur kalimat pada kalimat majemuk. Kesulitan tersebut muncul akibat minimnya pengetahuan dan tidak terbiasa menulis dengan struktur kalimat yang benar.
4. Perubahan Struktur Ejaan dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Sejak era sumpah pemuda hingga kini telah terjadi lima kali perubahan ejaan bahasa Indonesia.
Ejaan-ejaan yang pernah berlaku di Indonesia sendiri yaitu Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Republik atau Ejaan Suwandi, Ejaan Malindo, Ejaan Yang Disempurnakan, dan Ejaan Bahasa Indonesia. Masing-masing ejaan memiliki ciri khas tersendiri pada masanya.
Perubahan ejaan tersebut tidak diikuti dengan sosialisasi yang memadai, sehingga masyarakat Indonesia umumnya tidak mengetahui dan tidak menerapkan kaidah tersebut.
5. Kurangnya Minat Generasi Muda dalam Mempelajari Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia sering dianggap sebagai bahasa yang ketinggalan zaman. Hal tersebut dikarenakan pedagogi bahasa Indonesia yang terkesan monoton dan sulit dipahami.
Seharusnya guru-guru bahasa Indonesia menggunakan pola-pola pengajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menciptakan rasa cinta terhadap negara. Generasi muda sebagai penerus bangsa hendaknya selalu mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu detikers juga dapat memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mempelajari bahasa Indonesia seperti mengunduh aplikasi KBBI dan lain sebagainya.
Sumber: "Benarkah Bahasa Indonesia adalah Bahasa yang Sulit? Ini 5 Alasannya" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5791871/benarkah-bahasa-indonesia-adalah-bahasa-yang-sulit-ini-5-alasannya.
Tuesday 9 November 2021
Sunday 31 October 2021
Wednesday 27 October 2021
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Membaca Puisi
Secara umum, puisi bisa diartikan sebagai bentuk karya sastra yang memiliki aturan irama, rima, dan penyusunan bait serta baris dengan pemilihan kata yang cermat. Artinya, kata-kata yang digunakan dalam karya sastra ini akan sedikit berbeda dari kata-kata yang kita digunakan sehari-hari.
Hal yang sama berlaku ketika kita membacanya. Ada aturan-aturan yang harus dipenuhi. Bukan sembarang mengucap atau membaca layaknya kita membaca buku atau yang lainnya.
Kesalahan yang seringkali dilakukan dalam membaca puisi adalah membaca seperti cerita biasa, kurang menjiwai isi puisi, tidak menunjukan tekanan suara yang sesuai isi puisi, serta tak cukup percaya diri saat membacanya. Nah, agar pesan yang ada dalam puisi dapat tersampaikan secara keseluruhan dan maksimal, maka kita harus memperhatikan 4 aspek dalam membaca puisi, diantaranya ekspresi, lafal, tekanan, dan intonasi.
Ekspresi
Ekspresi adalah mimic wajah yang dibuat sesuai dengan bait tertentu, dimana tergantung kepada isi dan nada puisi yang akan disampaikan. Puisi yang mengisahkan sebuah kesedihan maka ekspresi wajah harus sendu, demikian pula bila puisi mengisahkan suka cita maka ekspresi wajah harus terlihat gembira.
Tekanan
Dalam membaca puisi perlu diperhatikan tekanan dari kuat lemahnya nada pada kata tertentu. Setiap kata terkadang memiliki tekanan yang berbeda, biasanya semakin penting kata tersebut maka semakin kuat penekanannya.
Lafal
Lafal adalah kejelasan dalam mengucapkan setiap kata dan hurufnya.
Dalam membaca puisi artikulasi harus jelas, apabila kurang fasih dalam penyampaian tiap kata maka puisi tidak dapat ditangkap oleh pendengar secara maksimal.
Intonasi
Intonasi merupakan naik turunnya nada dalam pembacaan puisi. Sama seperti unsur-unsur lainnya, intonasi juga tak kalah penting. Ini karena intonasilah yang akan menentukan bagaimana perasaan pendengar terhadap puisi dan akan memberikan keindahan pada puisi yang dibaca.
Bacalah Puisi di bawah ini!
RINGKASAN MATERI: Teks Puisi
Pengertian Puisi
Unsur-Unsur Puisi
1. Majas
2. Irama
3. Kata konotasi
4. Kata Berlambang
5. Imaji
Jenis Puisi
1. Puisi Naratif
2. Puisi Lirik
3. Puisi Deskriptif
Pembacaan Puisi yang Baik
1. Ekspresi
2. Lafal
3. Tekanan
4. Intonasi
RINGKASAN MATERI: Teks Eksposisi
Pengertian Teks Eksposisi
Gagasan dan Fakta dalam Teks Eksposisi
1. Gagasan
2. Fakta
Pola Pengembangan Teks Eksposisi
1. Pola penyajian umum-khusus
2. Pola penyajian khusus-umum
3. Pola penyajian ilustrasi
4. Pola penyajian perbandingan
Struktur Teks Eksposisi
1. Tesis
2. Rangkaian argumen
3. Penegasan Ulang
Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi
1. Menggunakan kata teknis
2. Menggunakan kata hubung (konjungsi) kausalitas
3. Menggunakan kata kerja mental
4. Menggunakan kata rujukan
5. Menggunakan kata persuasif
RINGKASAN MATERI: Iklan, Slogan, dan Poster
Pengertian Iklan, Slogan dan Poster
Unsur Iklan, Slogan dan Poster
1. Unsur Iklan
2. Unsur Slogan
3. Unsur Poster
Fungsi Iklan
1. Fungsi Informasional
2. Fungsi Transformasional
Pola Penyajian Iklan
1. Iklan media cetak
- Iklan baris
- Iklan kolom
2. Iklan Elektronik
- Iklan radio
- Iklan televisi
- Iklan film
3. Iklan Digital
- Google ads
- FB ads
- Tiktok ads
- IG ads
- dsbg
Jenis Iklan
- Iklan pemberitahuan
- Iklan layanan masyarakat
- Iklan penawaran (Komersial)
Struktur Teks Iklan
1. Pengenalan produk
2. Pernyataan persuasif
Kaidah Kebahasaan Teks Iklan
1. Menggunakan bahasa persuasif
2. Menggunakan bahasa yang ringkas
3. Menggunakan kata atau kalimat imperatif
4. Menggunakan bahasa yang membangun kesan positif
5. Menggunakan rima
RINGKASAN MATERI Teks Berita
TEKS BERITA
Materi : Bahasa Indonesia
Kelas : VIII
1. Pengertian Teks Berita
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), berita adalah, kabar; cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa hangat.
Teks berita adalah suatu teks yang berisi informasi mengenai suatu hal, kejadian atau peristiwa yang terjadi dan masih hangat dibicarakan oleh banyak orang. Sebuah berita harus berdasarkan fakta tapi tidak semua fakta diangkat menjadi sebuah berita
2. Fungsi teks berita
Fungsi teks berita yaitu kita dapat memperoleh berbagai informasi mengenai suatu hal. Bertambahnya informasi berarti bertambah pula wawasan kita, sehingga kita dapat berfikir secara menyeluruh, efektif, kreatif dan kritis terhadap suatu masalah yang terjadi di sekitar kita.
Dapat disimpulkan fungsi atau manfaat teks berita adalah untuk:
1. Mendapatkan informasi
2. Menambah wawasan
3. Sebagai pelajaran hidup
3.Ciri-ciri Teks Berita:
a) Faktual berdasarkan atas kejadian yang sebenarnya (dapat dipercaya)
b) Aktual sesuatu yang sedang hangat dibicarakan (terkini)
c) Unik dan menarik
d) Seimbang yaitu bersifat netral dan tidak memihak
e) Sistematis dan lengkap
f) Komunikatif dan mudah dipahami oleh semua orang
g) Objektif bersifat apa adanya.
4. Jenis teks berita:
(1) berita langsung (straight news)
(2) berita mendalam (depth news)
(3) berita penyelidikan/penelitian dari berbagai sumber (investigation news)
(4) berita interpretatif / pendapat penulis (interpretative news)
(5) berita opini / pendapat ahli (opinion news)
5.Unsur-unsur Teks Berita
Dikenal dengan istilah 5W+1H.
1. apa (what) apa kejadian atau peristiwa yang diberitakan
2. siapa (who) siapa saja orang yang terlibat
3. kapan (when) kapan waktu kejadian
4. dimana (where) dimana tempat kejadian
5. mengapa (why), memuat alasan dan sebab akibat
6. bagaimana (how) menjelaskan proses terjadinya peristiwa
Dalam bahasa Indonesia sering juga disingkat dengan ADIKSIMBA
Yaitu: Apa, Dimana, kapan, Siapa, Mengapa dan Bagaimana
6.Struktur Teks Berita
1. Kepala Berita, disebut juga Judul Berita merupaka kata kunci yang mewakili keseluruhan isi berita
2. Teras / Lead Berita, merupakan bagian yang sangat penting dari berita. Di dalam teras berita terangkum inti keseluruhan isi berita, berisi jawaban unsur 5W+1H
3. Tubuh Berita, merupakan tempat berita berada, di dalam tubuh berita inilah pembaca dapat mengetahui isi berita secara terperinci
4. Ekor Berita, berisi informasi tambahan. Bagian ini merupakan pelengkap dari sebuah berita.
7. Unsur Kebahasaan Teks Berita
1. Mudah dipahami, yaitu bahasa yang biasa dipakai sehari-hari bersifat standar atau baku.
2. Menggunakan kalimat simpleks atau tunggal yang terdiri atas subjek dan predikat
3. Menggunakan kalimat langsung. Ditandai dengan penggunaan tanda petik ganda disertai keterangan penyertaan.
4. Menggunakan verba transitif : verba yang memerlukan nomina.
Contohnya: Aisyah membeli Koran terbitan hari ini.
5. Menggunakan verba pewarta : kata yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu percakapan.
Contohnya: Shadeq selaku ketua panitia, menjelaskan bahwa kegiatan ini dilakukan untuk memupuk rasa kepedulian antarsesama di kalangan siswa SMP Islam Al-Ishlah.
6. Menggunakan konjungsi untuk memperjelas maksud berita. Seperti, kemudian, sejak, setelah, awalnya, akhirnya dll.
7. Mempunyai makna yang jelas dan tidak menimbulkan makna yang taksa atau ambigu (membingungkan / bermakna ganda).
8. Meringkas Teks Berita
Ringkasan berguna untuk membuat ide-ide pokok yang mewakili setiap bagian bacaan aslinya. Dalam meringkas berita kita tidak boleh menghilangkan unsur 5W+1H atau ADIKSIMBA namun, kita dapat meringkasnya dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
• Pertama, mencermati naskah asli untuk menangkap kesan umum dan sudut pandang pembaca.
• Kedua, mencatat gagasan utama yang mengandung unsur 5W+1H.
• Ketiga, membuat reproduksi, yaitu dengan menyusun kembali suatu karangan singkat (ringkasan) berdasarkan gagasan utama.
• Keempat, ketentuan tambahan yang harus kita cermati adalah (a) sebaiknya menggunakan kalimat tunggal. (b) bila mungkin ringkas kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata, rangkaian gagasan diganti dengan gagasan sentral saja. (c) pertahankan susunan gagasan asli dan ringkas gagasan-gagasan tersebut dalam urutan seperti urutan naskah asli. (d) bila teks mengandung dialog, maka harus diubah kedalam bahasa tak langsung.
9. Menyimpulkan teks berita
Kesimpulan adalah kata-kata akhir dari suatu uraian. Didalam suatu kesimpulan juga harus memuat unsur-unsur berita dengan rumusan yang lebih ringkas. Dengan demikian, kesimpulan tentang isi suatu berita juga harus memanfaatkan ringkasan kita sebelumnya terhadap pokok-pokok informasi dengan berpatokan pada rumus ADIKSIMBA.
10. Tanggapan terhadap isi teks berita
Tanggapan adalah sambutan terhadap suatu ucapan. Isinya bisa berupa kritik atau komentar. Berkaitan dengan pemberitaan, aspek yang ditanggapi bisa berkenaan dengan isi beritanya itu sendiri dan kebahasaannya. Suatu tanggapan dapat berupa kritik, saran, sanggahan, dukungan, ataupun komentar-komentar lainnya. Suatu tanggapan sebaiknya disertai dengan fakta ataupun contoh-contoh dan alasan-alasan yang logis.
11. Langkah-Langkah Menulis Berita
• Pertama, menentukan dengan pasti sumber berita, yakni berupa peristiwa yang menarik dan menyangkut kepentingan orang banyak.
• Kedua, mendatangi sumber berita yakni dengan mengamati langsung dan mewawancarai orang-orang yang bersangkutan dengan peristiwa itu.
• Ketiga, mencatat fakta-fakta dengan berkerangka pada pola 5W+1H.
• Keempat, mengembangkan catatan itu menjadi sebuah teks berita yang utuh, yang disajikan mulai dari bagian penting ke kurang penting
12. Menyunting Teks Berita
Tahap terakhir sebelum berita itu dipublikasikan yakni harus melalui tahap penyuntingan.
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
· Pertama, kebenaran isi berita, yang ditunjang oleh keakuratan fakta-faktanya.
· Kedua, kelengkapan isi berita, yang ditandai oleh hadirnya komponen-komponen berita yang terangkum dalam 5W+1H.
· Ketiga, struktur penyusunan berita yang dimulai dari bagian yang penting ke bagian yang kurang penting.
· Keempat, penggunaan bahasanya, yang terkait dengan keefektifan kalimat, kebakuan kata, dan ketepatan ejaan dan tanda bacanya.
13. Membacakan Teks Berita
Dalam membacakan berita harus diperhatikan hal-hal berikut:
1. lafal dan pengucapan yang jelas;
2. intonasi yang benar;
3. sikap yang benar;